Dua jenis Karma berdasarkan sifatnya:
1. Karma Buruk/Jahat atau disebut dengan Akusala Kamma.yaitu:
Karma (perbuatan) yang didasari oleh pikiran yang diliputi oleh lobha
(keserakahan), moha (kebodohan batin) dan dosa (kebencian),
Contoh:membunuh, mencuri, berbohong, mabuk-mabukan, dsb.
2. Karma Baik atau disebut dengan Kusala kamma, yaitu;
Karma (perbuatan) yang didasari oleh pikiran yang diliputi oleh adosa
(ketidakbencian), alobha (ketidakserakahan), dan amoha (ketidak bodohan
batin).
Contoh: berdana, menolong makhluk yang kesukaran, berkata jujur, bermeditasi, dan sebagainya.
Contoh: berdana, menolong makhluk yang kesukaran, berkata jujur, bermeditasi, dan sebagainya.
Empat Jenis Kamma berdasarkan waktu :
1. Ditthadhamma vedaniya Kamma ( Karma yang langsung berbuah) yaitu Karma yang menghasilkan akibat (vipaka) dalam jangka waktu satu kehidupan. Karma ini terbagi 2 macam, yaitu :
a. Karma yang telah masak dan memberikan hasil dalam kehidupan sekarang ini, atau disebut dengan Paripakka Dittha Dhamma vedaniya Kamma.
Contoh 1. : Seorang miskin bernama Punna yang memberikan dana makanan
kepada Y A Sariputta Maha Thera menjadi kaya-raya dalam waktu tujuh hari
setelah berdana.
Contoh 2. : Misalnya saja ketika kita mengambil helm milik orang lain,
karena helm kita sendiri telah dicuri seseorang. Supaya tidak ketahuan,
kita mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi walaupun lampu
lalu lintas berwarna merah. Akhirnya kita ditangkap polisi. Terpaksa
kita harus membayar tilang Rp 15.000,- (padahal harga sebuah helm hanya
Rp 10.000,-). Ini adalah salah satu contoh sederhana karma yang langsung
berbuah.
b. Karma yang memberikan hasil setelah lewat tujuh hari atau disebut dengan Aparipakka Dittha Dhammavedaniya.
Contoh : Jika berbuat kebaikan atau kejahatan dalam usia muda, akan
dipetik hasil dalam usia muda atau usia tua dalam kehidupan sekarang ini
juga.
2. Upajja vedaniya Kamma yaitu Karma yang menghasilkan akibat (vipaka)
pada kehidupan berikutnya yaitu satu kehidupan setelah kehidupan
sekarang.
Misalnya orang yang melakukan meditasi hingga mencapai jhana tertentu,
maka setelah meninggal ia akan langsung terlahir di Alam Brahma.
3. Aparapariya vedaniya Kamma yaitu Karma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya secara berturut-turut.
Salah satu contoh adalah orang yang sering mendengarkan Dhamma, besar
kemungkinan ia akan terlahir kembali di alam sorga dalam
kehidupan-kehidupan yang berikutnya. Mengapa demikian? Dengan
mendengarkan Dhamma, orang tersebut telah melakukan kamma baik karena ia
telah melatih berdana perhatian. Selama mendengarkan Dhamma, ia juga
telah memusatkan pikiran, ucapan serta perbuatannya ke arah kebajikan,
apalagi jika ia dapat mengerti serta melaksanakan Dhamma dalam kehidupan
sehari-hari. Kebajikan ini tentunya sangat selaras dengan salah satu
isi kotbah Sang Buddha yang menyatakan bahwa mendengarkan Dhamma pada
saat yang sesuai adalah Berkah Utama.
4. Ahosi Kamma yaitu Karma yang tidak sempat berbuah karena telah kehabisan waktu atau kehilangan kesempatan untuk berbuah.
Ahosi Kamma terbentuk ketika kekuatan suatu perbuatan (karma) terhalangi
oleh kekuatan perbuatan (karma) lain yang sangat besar. Selain itu
Ahosi Kamma terbentuk jika tidak adanya kondisi-kondisi pendukung yang
dibutuhkan untuk karma itu berbuah, sehingga karma tersebut tidak
menghasilkan akibat (vipaka).
Sering orang mengatakan bahwa tercapainya Nibbana (Bhs. Pali) atau
Nirvana (Bhs. Sanskerta) adalah ketika karma baik dan karma buruknya
telah habis. Padahal karma itu sangat sulit untuk dapat habis berbuah
karena jumlahnya yang tidak terbatas. Namun, karma dapat dipotong. Kita
dapat merasakan buah karma apabila kita masih mempunyai badan dan batin,
artinya kita masih hidup setelah dilahirkan. Apabila kita tidak
dilahirkan kembali, maka kesempatan untuk merasakan buah karma baik
maupun buruk sudah tidak ada lagi. Dengan demikian, ada berbagai karma
yang tidak sempat berbuah.
Empat jenis Kamma berdasarkan fungsi :
1. Janaka Kamma (Fungsi karma yang
melahirkan) yaitu Karma yang menyebabkan timbulnya syarat untuk
terlahirnya kembali suatu makhluk. Karma ini menimbulkan batin (Nama)
dan jasmani (Rupa).
Contoh : - Seseorang terlahir dilingkungan keluarga yang bahagia, serba
berkecukupan dan memperoleh pendidikan yang baik, dan kebalikannya
seseorang terlahir dilingkungan keluarga yang amburadul, serba
kekurangan /miskin dan tidak pernah mengenyam pendidikan yang layak.
2. Upatthambhaka Kamma (Fungsi karma yang mendukung) yaitu Karma ini
mendukung fungsi karma yang melahirkan (Janaka Kamma), yaitu :
a. Membantu Janaka Karma yang belum waktunya untuk menimbulkan hasil, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
b. Membantu Janaka Karma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil
memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil secara sempurna.
c. Membantu Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma menjadi maju dan bertahan lama.
Contoh 1. : Selain ia terlahir di keluarga yang miskin, dia juga
terlahir dalam keadaan cacat. Inilah salah satu contoh karma yang
mendukung.
Contoh 2. : - Umur seseorang yang semestinya ditetapkan oleh Janaka
Kamma hanya hidup selama 60 tahun dibumi ini, tetapi didalam
kehidupannya sehari-hari ia banyak melakukan perbuatan baik, suka
menolong makhluk lain, berdana, melaksanakan sila dan selalu waspada
dalam semua tindakan pikiran, ucapan dan perbuatan jasmaninya sehingga
umur yang ditetapkan oleh Janaka Kamma selama 60 tahun tersebut
bertambah 20 tahun lagi.
3. Upapilaka Kamma (Fungsi karma yang mengurangi) yaitu Karma yang
menekan, mengolah, menyelaraskan satu akibat dari satu sebab. Fungsi
karma yang mengurangi ini berhubungan dengan perbuatan kita yang baik
maupun buruk yang dilakukan dalam kehidupan saat ini. Karma ini adalah
menekan Janaka Kamma, yaitu :
a. Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil.
b. Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil supaya mempunyai kekuatan menurun.
c. Upapilaka Kamma yang menekan Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma.
Contoh 1.: Meskipun seseorang terlahir sebagai orang yang miskin serta
cacat, orang tersebut mungkin saja mempunyai perilaku kemoralan yang
baik.
Contoh 2.: - Budi seorang narapidana yang divonis 10 tahun hukuman
penjara, namun dalam kesehariannya, ia sering menunjukan tabiat yang
baik, rajin bekerja, maka Budi mendapatkan keringanan hukuman menjadi 7
tahun saja.
4. Upaghataka Kamma yaitu karma yang memotong atau menghancurkan
kekuatan akibat dari satu sebab yang telah terjadi dan sebaliknya
menyuburkan berkembangnya karma baru.
a. Walaupun orang itu cacat tubuhnya, Karena perilaku kemoralannya
baik, ucapannya serta tingkah lakunya juga baik, maka mungkin saja ada
orang yang simpati kepadanya. Orang tersebut mungkin akan memberinya
pekerjaan yang sesuai dengan keadaannya. Inilah salah satu contoh karma
yang memotong, artinya bertentangan atau memotong buah karma yang sedang
berlangsung atau buah karma yang sedang dialaminya.
b. Misalnya: Taufik adalah seorang pemain bulutangkis. Ia sering
menjadi juara dalam beberapa pertandingan dan bulutangkis adalah
karirnya. Suatu hari, saat Taufik mengendarai mobil, tiba-tiba ia
menabrak truk yang ada didepannya. Akibatnya tangan kiri Taufik menjadi
patah dan cacat seumur hidup sehingga karirnya menjadi hancur.
Karma sangat berhubungan dengan perbuatan seseorang saat ini. Segala
sesuatu yang dilakukan pada saat ini akan menentukan buah karma di masa
depan. Dengan demikian, karma bukanlah nasib yang tidak bisa diubah.
Karma masih dapat diperbaiki dan diubah dengan melakukan berbagai karma
atau perbuatan yang lain. Jadi, perbuatan saat inilah yang paling
penting!
Empat Jenis Kamma berdasarkan Sifatnya :
1. Garuka Kamma yaitu Karma Berat, yang memiliki kualitas kekuatan yang besar yang mampu menimbulkan hasil dalam waktu satu kehidupan atau kehidupan kedua, dan kekuatan karma lain tidak mampu mencegahnya. Garuka Kamma terdiri dari 2 jenis yaitu:
a. Akusala Garuka Kamma adalah Perbuatan Buruk/Jahat yang berat. Yang
disebut Akusala Garuka Kamma (Perbuatan jahat yang berat) adalah
Niyatamicchaditthi-Kamma (Perbuatan pandangan salah yang pasti) dan
Pancanantariya-Kamma (Lima perbuatan durhaka, yaitu membunuh ibu,
membunuh ayah, membunuh Arahat, melukai seorang Buddha dan memecah-belah
Sangha). Apabila seseorang melakukan salah satu atau lebih dari kelima
perbuatan buruk tersebut, maka setelah meninggal dunia, orang tersebut
langsung terlahir di Alam Neraka Avici. (Alam yang menyedihkan, yaitu
alam neraka, alam setan, alam binatang dan alam asura). Akusala Garuka
Kamma juga disebut dengan Anantariya Kamma karena dampaknya masih dapat
di rasakan dikehidupan selanjutnya. Hal ini dijelaskan oleh Guru Buddha
dalam Parikuppa Sutta; Anguttara Nikaya 5.129.
Contoh: Devadatta yang telah melukai kaki Guru Buddha dan memecah-belah
Sangha, dilahirkan kembali di alam neraka avici. Dan Raja Ajatasattu
yang telah membunuh ayahnya (Raja Bimbisara) tidak dapat meraih kesucian
Sotapana (tingkat kesucian pertama) karena kekuatan besar dari Akusala
Garuka Kamma.
b. Kusala Garuka Kamma adalah Perbuatan Baik yang berat. Yang disebut
Kusala Garuka Kamma adalah hasil dari melaksanakan Samatha-Bhavana
(meditasi ketenangan batin) sehingga mencapai Rupa-Jhana 4 dan
Arupa-Jhana 4 atau disebut Jhana 8, akibatnyapun lebih cepat daripada
tingkatan batin yang lainnya. Akibat dari melakukan Kusala Garuka Kamma
adalah tumimbal-lahir di alam Brahma.
Kamma jenis ini juga bisa terjadi untuk mereka yang telah melatih
meditasi pengembangan kesadaran sehingga mencapai kebijaksanaan atau
mencapai Nibbana. Dengan tercapainya Nibbana, maka ia sudah tidak akan
terlahir kembali di alam manapun juga setelah ia meninggal di kehidupan
ini.
Akusala Garuka Kamma, bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, tetapi mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma
(Karma membantu). Sebaliknya, Kusala Garuka Kamma , bila tidak ada
waktu menimbulkan hasil, akan menjadi Ahosi Kamma dan tidak mempunyai
kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (Karma membantu).
2. Asanna Kamma (Karma yang berkesan yang muncul pada saat kematian)
Pada saat seseorang akan meninggal dunia, maka pikirannya akan mengingat
perbuatan kusala kamma (perbuatan baik) dan akusala kamma (perbuatan
buruk/jahat) yang dilakukannya.
Apabila tidak ada perbuatan berat ( karma berat ) yang pernah dilakukan
selama hidupnya, maka pikirannya akan mengingat salah satu perbuatan
yang paling berkesan dalam hidupnya.
Karma inilah yang akan menentukan keadaan kelahiran seseorang yang akan
datang jika tidak ada kekuatan karma lain yang lebih besar lagi yang
menentukan.
Misalnya: Ia teringat kesan baik ketika ia mendengarkan Dhamma atau
sering bertemu dengan para bhikkhu. Apabila ia meninggal pada saat
mengingat kesan baik tersebut, ia akan terlahir di alam bahagia.
Sebaliknya kalau ia teringat kesan perbuatan yang tidak baik, maka ia
dapat saja terlahir di alam menderita.
Contoh: Seorang algojo pada saat menjelang ajalnya, ia mengingat pernah
memberi sedekah kepada Y.A. Sariputta. Dengan mengingat hal ini ia
terlahir di alam yang bahagia. Namun, meskipun terlahir di alam bahagia,
ia tetap memperoleh dampak buruk dari apa perbuatan buruk yang pernah
ia lakukan.
Ini pula sebabnya seseorang yang akan meninggal dunia dilakukan upacara
pembacaan paritta. Salah satu tujuan upacara ritual ini adalah untuk
membantu orang yang akan meninggal tersebut mengingat berbagai kesan
kebajikan yang telah dilakukannya selama hidup. Dengan demikian, ia akan
mempunyai kondisi untuk terlahir di alam bahagia.
3. Acinna Kamma atau Bahula Kamma adalah Karma Kebiasaan, yaitu
perbuatan baik dan jahat yang merupakan kebiasaan bagi seseorang karena
sering dilakukan.
Kalau di dalam proses kematian itu tidak ada perbuatan yang berkesan
atau tidak sempat berpikir, misalnya karena ia meninggal dalam keadaan
koma atau kecelakaan fatal, maka hal yang menentukan kelahiran
kembalinya adalah perbuatan yang menjadi kebiasaan dalam hidupnya.
Misalnya, orang yang mempunyai kebiasaan bermain musik, apabila pada
saat meninggal dunia ia teringat dengan kebiasaannya itu, maka ia dapat
saja terlahir kembali sebagai orang yang memiliki bakat bermain musik
sejak kecil.
Contoh: Cunda seorang penjagal babi, yang hidup disekitar vihara tempat Guru Buddha berdiam, ia meninggal dengan mendengking seperti babi karena kebiasaannya memotong babi.
Contoh: Cunda seorang penjagal babi, yang hidup disekitar vihara tempat Guru Buddha berdiam, ia meninggal dengan mendengking seperti babi karena kebiasaannya memotong babi.
4. Kattata Kamma adalah Karma yang tidak terlalu berat dirasakan
akibatnya. Karma ini yang paling lemah di antara semua karma. Karma ini
merupakan perbuatan baik (kusala kamma) dan perbuatan jahat (akusala
kamma) yang pemah dibuat dalam kehidupan lampau dan kehidupan sekarang
ini yang hampir tidak didorong oleh kehendak. Karma ini berproses
apabila ketiga kamma diatas tidak pernah dilakukan.
Misalnya: Pada satu saat, seseorang pernah melihat dan menyingkirkan
paku agar tidak ada orang lain yang terluka karenanya, apabila kamma
sederhana yang membahagiakan ini timbul di saat kematian, ia dapat pula
terlahir di alam bahagia.
Dari keterangan di atas, dapatlah dimengerti bahwa karma walaupun hanya
SATU, namun, dari berbagai sudut pandang, karma dapat dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu menurut waktu, fungsi dan sifatnya. Setiap kelompok
terdiri dari empat bagian. Dengan demikian, secara keseluruhan, SATU
karma yang dimiliki oleh seseorang dapat dimengerti sebagai 12 jenis
karma yang saling berkaitan menjadi satu kesatuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar